Publisher: PB KOMPAS (2018)
​
Indonesian Dream is written through a blend of research, popular knowledge, and personal experience. It offers a fresh narrative to revitalize Pancasila as the guiding ideal for both individuals and the Indonesian nation—an ideal that, in recent times, has faded in meaning and influence.
​
One of the six key issues addressed in the book is the tendency to treat Pancasila merely as a “referee” in ongoing debates—between those who want Indonesia to become a religious state and those defending national unity. The former often promote identity-based politics, while the latter lean on slogans like “NKRI harga mati!” This has turned Pancasila into something static. Unity becomes superficial. The other principles of Pancasila feel isolated and detached from the daily lives of ordinary Indonesians. As a result, we’re left with a narrative vacuum—a lack of clear identity, both individually and as a nation.
​
The book draws inspiration from Soekarno’s 1 June 1945 speech at the BPUPKI session. It emphasizes that individuals—not abstract ideas of the nation—are the true foundation of Indonesia. The core idea: people build the nation, not the other way around.
​
But this narrative isn’t just about reviving Pancasila. It’s about fulfilling the actual promise embedded in it: building a sovereign people and a sovereign nation.
​
Because the word sovereignty has been so widely used in Indonesian discourse that it’s lost its meaning, Indonesian Dream breaks it down clearly and practically—so it can be translated into real development policy. In this book, sovereignty means three things: freedom, justice, and knowledge.
​
To achieve that, the author argues Indonesia must strengthen three essential forms of capital:
​
-
Spiritual capital
-
Social capital
-
Human capital
These are all embedded in people themselves—our most important national assets.
In Indonesian Dream, Elwin Tobing lays out why the following are essential to shaping sovereign individuals and a strong nation:
​
-
Embracing a shared vision: the Indonesian Dream
-
Religious values that focus on connection—with the Creator and with others
-
Trust and cooperation within society
-
Visionary and inspiring leadership
-
Citizens who reject a victim mentality and mediocrity
-
Individuals and communities grounded in values
-
A society ambitious in the pursuit of knowledge
Pujian terhadap INDONESIAN DREAM
​
“Saudaraku Elwin Tobing cerdas memberikan inspirasi dan pemikiran mendalam untuk menjadikan Pancasila sebagai tanggung jawab dan cita-cita yang harus kita wujudkan bersama.”
-
Zulkifli Hasan, Ketua MPR RI
“Sumbangsih seorang intelektual dengan kadar kepedulian dan keberpihakan tinggi ini akan memperkaya khazanah pustaka yang memperkokoh keyakinan bahwa kita memang memiliki jati-diri untuk menjadi bangsa yang berdaulat dalam pengertian yang seluas-luasnya.”
-
HS Dillon, Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan, 2011-14
“Ini adalah karya yang sangat bagus, pembuka mata.”
-
IR. Sarwono Kusumaatmadja, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah Jakarta
“Buku ini baik dan patut dibaca oleh generasi muda.”
-
Dr. (H.C.) Ir. Siswono Yudo Husodo, Mentrans dan PPH (1993-1998) & Perumahan Rakyat (1988-1993), Wakil Ketua Badan Kehormatan DPR
“Bacaan wajib disaat melemahnya pengertian dan komitmen bangsa menegakkan Pancasila sebagai dasar dan tatanan negara.”
-
Endy Bayuni, Pemimpin Redaksi The Jakarta Post 2016-2018
​
“Buku yang harus dibaca untuk pembuat kebijakan yang ada dan yang akan datang tentang Indonesia dan isu-isu terkait Indonesia! ”
-
Profesor Roy Sembel, Ph.D., Dekan Institut Pengembangan Manajemen Indonesia (IPMI)
“Buku yang kreatif dan kaya contoh ini harus dibaca bagi mereka yang percaya pada Impian Indonesia dan dalam kesatuan kita dapat mencapainya.”
-
Taufik, Profesor Teknik Elektro, California Polytechnic San Luis Obispo
“Alih-alih berfokus pada tantangan fenomenologis yang dihadapi Indonesia, buku ini dengan tepat membahas inti masalah .... yang Elwin Tobing dengan fasih menguraikannya dalam buku ini.”
-
John Riady, The Jakarta Globe
“Dr. Elwin Tobing memberikan pandangan optimis tentang masa depan Indonesia; Namun, ia memperingatkan bahwa untuk mewujudkannya, kita harus menjaga keadilan dan memajukan toleransi.”
-
Ahmad Suaedy, Direktur Eksekutif the Wahid Institute
“Dengan syarat dapat mewujudkan keadilan sosial dan menegakkan toleransi, buku ini memberi harapan bahwa Indonesia setidaknya bisa bertahan hingga satu hari sebelum kiamat.”
-
Ahmad Syafii Maarif.
​
DAFTAR ISI
​
Prolog: Sistim Navigasi
​
Pendahuluan: Membangun dengan Tiga Modal
BAGIAN PERTAMA Realitas & Tantangan
Indonesian Dream
Menjadi Manusia dan Bangsa yang Berdaulat
​
Bhinneka Tunggal Ika
Indonesian Dream dalam Masyarakat yang Majemuk
​
BAGIAN KEDUA Modal Spiritual
​
Politisasi Agama
Indonesia Dream dalam Realitas Politik Agama
​
Agenda Agama-Agama
Membangun Modal Spiritual Manusia
​
Kehancuran Indonesian Dream
Ketika Gagal Membangun Modal Spiritual
​
BAGIAN KETIGA Modal Sosial
​
Kepercayaan & Kerjasama
Sebagai Minyak Pelumas dan Mesin Pembangunan
​
Institusi & Kepemimpinan
Institusi yang Efektif serta Pemimpin yang Inspiratif
Kordinasi Kepentingan
Indonesian Dream dalam Demokrasi
​
BAGIAN KEEMPAT Modal Manusia
​
Revolusi Mental
Manusia yang Kompetitif dan Tidak Bermental Korban
​
It’s the People, Stupid!
Moral, Mental, dan Pengetahuan
​
Masyarakat Berpengetahuan
Yang Ambisius Mengejar Ilmu dan Pengetahuan
​
Epilog: Indonesia 2030
​
Indonesian Dream dalam Gambar​​​​​​


Seminar "Indonesian Dream" di Universitas Negeri Jogyakarta

"Indonesian Dream" dan Prof. Mahfud, M.D., Menteri Kordinator Polhunkam

"Indonesian Dream" dan Mahendra Siregar, Wakil Menteri Luar Negeri

Pimpinan dan anggota DPRD Prov. Riau di California

"Indonesian Dream" dan Syahrul Hasin Limpo, Menteri Pertanian

"Indonesian Dream" dan Sri Sultan Hamengkubuwono X, Gubernur Jogyakarta

"Indonesian Dream" dan Longki Djanggola (Gubernur Sulawesi Tengah), Darmin Sigilipu (Bupati Poso), Saiful Ilah (Bupati Sidoarjo)

"Indonesian Dream" dan Sejumlah Pimpinan Daerah Indonesia, Prof. Ermaya Suradinata, serta perwakilan KOMPAS dan MetroTV di California



"Indonesian Dream" dan Ali Mazi (Gubernur Sulawesi Tenggara)

"Indonesian Dream" dan Ali Ngabalin

