top of page

Transformasi Pendidikan: Meiji Restorasi Indonesia (4)

  • Writer: Elwin Tobing
    Elwin Tobing
  • Mar 30
  • 2 min read

INDONESIA 360: A 360° Perspective in 360s Words (not today).


Malam hujan di November 2013, saya bertamu di rumah kepala SD di Dairi, Sumatera Utara. Meski lelah setelah terbang dari Los Angeles, percakapan membuatnya sirna. Saya ingin tahu kondisi pendidikan dasar di daerah. Tapi justru beliau yang banyak bertanya.

 

Satu pertanyaan terngiang: “Bagaimana kemajuan Amerika dibanding kita, Pak?”


Pertanyaan sederhana, namun maknanya dalam dan kompleks. Saya jawab dengan perumpamaan.

 

“Bayangkan 100 anak tangga. Amerika di tangga ke-100. Kita mungkin baru di bawah tangga ke-10.”

 

“Oh, masih jauh ya, Pak.”

 

“Jauh, kalau kita tetap di situ,” jawab saya. “Tapi bisa dekat, asal naik satu tangga tiap waktu.”

 

Tahun 2024, belanja pemerintah untuk pendidikan per pelajar (TK sampai PT) sekitar $500. Di AS, sekitar $20.000. Empat puluh kali lipat.

 

Tahun 2023, belanja pendidikan hanya 1.3% PDB, cukup rendah dari rerata global 3.8%.

 

Tahun 2020, anggaran pendidikan di 22% kabupaten/kota dan 35% provinsi kurang dari 20% APBD.

 

Bandingkan infrastruktur. Tahun 2015, Indonesia punya 118.000 lebih perpustakaan sekolah. Hanya 130 memenuhi standar akreditasi minimum. Di AS, 98.500 perpustakaan sekolah terakreditasi.

 

Belum bicara kualitas infrastruktur lain dan SDM. Kesenjangan akan lebih besar.

 

Mungkin tidak fair membandingkan dengan negara maju. Tapi itu bisa jadi acuan, jika kita serius dengan Indonesia Emas.

 

Sarana dan dana pendidikan cerminan mindset tentang pendidikan. Tiga dekade lalu saya berdialog dengan Mochtar Buchori. Beliau katakan paradigma kita tentang pendidikan keliru.

 

Dan sampai kini.

 

Pendidikan dasar kemajuan bangsa. Sulit maju dengan pemahaman pendidikan yang keliru. Restorasi Meiji di Jepang utamakan transformasi mindset dan nilai pendidikan. Indonesia harus mengalaminya, mengubah mindset tentang pendidikan dari:

 

  • Proyek menjadi fondasi jangka panjang.

  • Mediokritas menjadi kualitas.

  • Asal menjadi serius.

  • Jalan pintas menjadi proses berkelanjutan.

  • Beban menjadi aset strategis.

  • Pelengkap menjadi prioritas utama.

  • Pengeluaran menjadi investasi masa depan.

  • Fungsi administratif menjadi penggerak perubahan sosial.

  • Terisolasi menjadi terintegrasi.

  • Birokrasi rumit menjadi streamlined.

 

Saran kepada Presiden Prabowo: bentuk badan transformasi pendidikan nasional. Bekerja lima tahun. Bukan lembaga proyek atau kementerian birokratis. Tapi lembaga dinamis: pemikir, perancang, dan evaluator arah pendidikan 25, 50, 75 tahun ke depan.

 

Dananya? Pangkas sampai 50% kompensasi direksi dan komisaris BUMN plat merah. Tahun 2024, kompensasi mereka di bank BUMN saja capai Rp3T.

 

Seperti MR di Jepang, transformasi mulai dari atas (mindset DAN pimpinan). Indonesia bukan budaya bottom-up. Atasan memberi contoh, bawahan ikut. Hanya dengan kedua transformasi tersebut, kita bisa naik tangga kemajuan bersama. Pelan. Tapi pasti.


 

 
 
 

Comments


bottom of page