Resesi Hebat (The Great Recession) dan pandemik COVID di AS memiliki beberapa kesamaan dalam hal pengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja. Resesi Hebat dimulai pada bulan Desember 2007 dan berlangsung hingga pertengahan tahun 2009. Namun demikian, dampak negatifnya terhadap pasar tenaga kerja masih berlaku hingga tahun 2010 dimana tingkat pengangguran terus menanjak sebesar 9,6% sebelum turun menjadi 8,9% pada tahun 2011. Untuk tujuan analisis pasar tenaga kerja ini, kami menggunakan periode Resesi Hebat dari akhir 2007 hingga 2010 dan pandemik dari akhir Februari hingga Desember 2020.
Selama Resesi Hebat, tingkat pengangguran meningkat 5 poin persentase, dari 4,6% menjadi 9,6%. Meski wabah virus corona dimulai di China pada akhir 2019, pandemi dimulai di AS pada akhir Februari 2020. Sampai bulan Februari 2020, tingkat pengangguran di AS hanya 3,5%, salah satu yang terendah dalam sejarah AS. Pengangguran kemudian turun naik seperti roller coaster dan mencapai rata-rata 8,1% pada tahun 2020, atau 4,6 poin persentase lebih tinggi dari tingkat sebelum pandemi.
Dalam hal jumlah penganggur, selama Resesi Hebat, terdapat 7,75 juta tenaga kerja yang menganggur, atau lebih tinggi sekitar 500 ribu dibandingkan 10 bulan pandemik COVID pada tahun 2020—7,23 juta orang.
Indikator pasar kerja terpenting kedua adalah tingkat partisipasi tenaga kerja yang mengukur persentase penduduk usia kerja yang termasuk dalam angkatan kerja. Salah satu aspek menarik dari pasar tenaga kerja AS adalah partisipasi tenaga kerja terus menurun sejak Resesi Hebat, dari 66% pada tahun 2007 menjadi 61,7% pada tahun 2020. Kerugian dengan “hilangnya” 4,3% dari tingkat partisipasi tersebut artinya sekitar 11,1 juta di antara penduduk usia kerja telah memutuskan untuk tidak menjadi tenaga kerja sejak tahun 2007.
Selama Resesi Hebat, jumlah penduduk usia kerja yang tidak berada dalam angkatan kerja melonjak sebesar 5,2 juta. Hanya dalam 10 bulan setelah pandemik COVID, jumlah ini meningkat tajam sebesar 4,4 juta. Indikator ini merupakan ukuran seberapa ketat pasar tenaga kerja. Jika pasar tenaga kerja prospektif, jumlah penduduk usia kerja yang akan berhenti atau tidak berpartisipasi dalam angkatan kerja akan lebih rendah dibanding jika pasar tenaga kerja sedang ketat. Misalnya, dari Februari 2019 hingga Februari 2020 ketika pasar tenaga kerja sedang prospektif yang ditandai dengan situasi umum ekonomi yang juga prospektif, jumlah penduduk usia kerja yang tidak masuk angkatan kerja justru turun 180 ribu.
Indikator pasar tenaga kerja lainnya adalah proporsi penduduk usia kerja yang bekerja. Selama Resesi Hebat dan pandemik COVID, persentase EP turun masing-masing sebesar 5 dan 4 poin persentase.
Tingkat keburukan pasar tenaga kerja terhadap pencari kerja dapat dilihat dari proporsi pengangguran yang tetap menganggur selama lebih dari 27 minggu. Selama Resesi Hebat, persentase pengangguran yang tidak bekerja selama lebih dari 27 minggu meningkat sebesar 16,4 poin persentase, dari 9,9% pada tahun 2007 menjadi 6,3% pada tahun 2010. Selama pandemik COVID, proporsinya meningkat hampir sama sebesar 17,8 poin persentase, dari 19,3% menjadi 37,1%.
Mari kita asumsikan bahwa penurunan tingkat partisipasi tenaga kerja sebesar 1,3% selama Resesi Hebat dan 1,6% selama pandemik adalah karena yang menganggur memutuskan berhenti mencari kerja dan akhirnya keluar dari pasar tenaga kerja. Kita bisa menyebut mereka pekerja yang "putus asa". Dengan menambahkan pekerja yang “putus asa”, total pengangguran pada akhir Resesi Hebat tahun 2010 adalah 17,92 juta. Pada akhir Desember 2020, jumlah pengangguran dengan menyertakan pekerja yang “putus asa” mencapai 18,67 juta. Dengan menyertakan pekerja “putus asa” tersebut, tingkat pengangguran pada akhir setiap periode Resesi Hebat dan pandemik COVID adalah 8,6%.
Kesimpulan
Butuh waktu kurang dari satu tahun bagi pandemik COVID untuk mengubah pasar tenaga kerja yang sangat prospektif pada tahun 2019 dan awal tahun 2020 menjadi kurang lebih sama dengan situasi pasar tenaga kerja selama tiga tahun pertama Resesi Hebat yang dimulai pada Desember 2007. Resesi Hebat disebabkan oleh fundamental ekonomi yang buruk, terutama di pasar perumahan, sementara pandemi disebabkan oleh disrupsi mendadak (sudden disruption) dalam produksi ekonomi secara luas karena lockdown dan protokol COVID ketat. Apakah pasar tenaga kerja saat ini akan pulih perlahan seperti yang terjadi selama Resesi Hebat atau tidak, itu tergantung pada seberapa cepat ekonomi, di semua sektor akan sepenuhnya dibuka kembali secara nasional. Juga, seberapa lama media dan para politisi yang pro-COVID menyadari bahwa kebijakan lockdown dan berbagai pembatasan lainnya akan membuat pemulihan di pasar tenaga kerja lebih sulit.
Comments