Idealnya, semua nyawa tidak ternilai harganya. Secara realistis, itu tidak mungkin. Hampir semua hal memiliki harga. Ini karena dalam realitas, hampir semua hal memiliki ketersediaan terbatas. Pada saat yang sama manusia memiliki keinginan tidak terbatas.
Contoh singkat, bagi yang menderita penyakit kanker, sangat besar kemungkinan menginginkan kesembuhannya dengan cara apapun. Tetapi dana dan teknologi terbatas. Jadi kehidupan memiliki harga.
Nilai Kehidupan Statistik
Berapa nilai kehidupan seseorang? Ekonom sudah lama memperhitungkan hal ini. Angka yang luas digunakan di AS dalam asuransi kesehatan, baik swasta maupun pemerintah, biasanya $50 ribu per tahun. Ini kurang lebih rata-rata penghasilan seseorang per tahun. Dengan asumsi rentang usia produktif adalah 50 tahun (dari usia 15 sampai 65 tahun), ini berarti nilai kehidupan sebesar $2,5 juta.
Peneliti Stefanos Zenios dan kawan-kawan dari Stanford University melalui analisa biaya pengobatan ginjal dari hampir 500 ribu pasien Amerika menyimpulkan bahwa nilai kehidupan adalah $129.000. Artinya bila asuransi menanggung biaya sebesar itu untuk membiayai pengobatan pasien, maka secara rata-rata pasien tersebut akan menikmati kehidupan satu tahun lagi.
Sekitar empat dekade lalu, Kip Viscusi, profesor ekonomi dari Vanderbilt University di Tennesse, AS, melakukan penelitian akan nilai statistik kehidupan. Dia menggunakan ide yang disebut nilai kehidupan statistik. Seberapa besar Anda membayar seseorang untuk mau berisiko mengambil pekerjaan yang bisa menghilangkan nyawanya. Secara kasar, seberapa besar Anda membayar seseorang untuk bersedia mati.
Dengan menggunakan tingkat risiko kematian dalam dunia kerja, dia memperkirakan bahwa nilai kehidupan statistik di AS, yang dikonversi untuk nilai saat ini, kurang lebih $10 juta.
Angka ini tidak terlalu jauh berbeda dengan hasil penelitian Stefanos Zenios. Dengan tingkat harapan hidup hampir 80 tahun di AS, maka secara rata-rata, seseorang sejak usia produktif sampai usia batas tingkat harapan hidup dapat menikmati kehidupan selama 65 tahun. Dengan total nilai kehidupan statistik $10 juta, nilai rata-rata kehidupan secara statistik berdasarkan sekitar $154.000 per tahun.
Tentu pendekatan rata-rata ini mengesampingkan siklus kehidupan. Nilai ekonomi seseorang yang sudah pada usia pensiun, misalnya 70 tahun, berbeda dengan nilai ekonomi seseorang dalam usia produktif, katakan 30 tahun. Secara umum, nilai kehidupan statistik ini mengikuti kurva lonceng (bell curve): Rendah pada awal-awal usia produktif, memuncak di usia produktif (rentang 45-55), dan kemudian berkurang pada usia 65 tahun ke atas.
Biaya per Jiwa di AS
Pertumbuhan ekonomi di AS untuk tahun 2020 diperkirakan minus 5.7%. Sebelum COVID, diperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 3,5%. Artinya, COVID menyebabkan penurunan total pertumbuhan ekonomi sekitar minus 10%. Dengan PDB AS mencapai sekitar $21,4 triliun pada tahun 2019, biaya ekonomi tidak langsung mencapai $2,1 triliun. Sementara itu, biaya penanganan COVID dan pemulihan ekonomi diperkirakan mencapai $3,5 - $4,5 triliun (biaya stimulus yang sudah direalisasi sebesar $2,5 triliun dan tambahan yang sedang direncanakan sebesar $1 triliun).
Asumsikan total biaya penanganan dan pemulihan ekonomi mencapai $4 triliun. Maka biaya langsung dan tidak langsung terkait COVID untuk tahun 2020 mencapai $6,14 triliun.
Per Juli 22, total kematian terkait (karena dan dengan) COVID mencapai 146,000. Asumsi laju pertambahan jumlah ini semakin menurun sampai akhir Desember 2020 (data menunjukkan demikian), kalkulasi saya menunjukkan jumlah kematian terkait COVID di AS sampai akhir Desember 2020 bisa mencapai 200,000.
Dengan biaya ekonomi sekitar Rp 6,14 triliun dan dengan estimasi angka kematian sampai pada akhir Desember sekitar 200,000 jiwa, biaya ekonomi per satu korban jiwa terkait COVID di AS mencapai hampir $31 juta. Angka ini hampir 3 kali kali lipat nilai kehidupan statistik yang besarnya sekitar $10 juta.
Nilai Kehidupan di Indonesia
Mengacu dengan angka di AS, berapa nilai kehidupan statistik di Indonesia? Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan adalah dengan mengkonversi angka di AS sesuai dengan tingkat pendapatan Indonesia. Pendekatan ini sah-sah saja sebab nilai kehidupan statistik di atas tidak lepas daripada faktor ekonomi.
Pada tahun 2019, pendapatan per kapita di AS lebih 12 kali lipat pendapatan per kapita Indonesia ($55.810 vs $4.450). Bila disesuaikan dengan daya beli (purchasing power parity atau PPP), pendapatan per kapita di AS enam kali lipat Indonesia. Ambil jalan tengah (kritik saya tentang penyesuaian terhadap PPP ini dapat dilihat di 2030: Make it or break it, Bung!), pendapatan per kapita di AS 9 kali lipat Indonesia. Dengan mengambil angka nilai kehidupan statistik dari Viscusi sebesar $10 juta, maka di Indonesia nilai kehidupan statistik mungkin kurang lebih $1,1 juta atau Rp 16 miliar.
Biaya Ekonomi COVID di Indonesia
Secara ekonomi, berapa besar biaya tidak langsung COVID? Saya perkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 mencapai minus 5%. Artinya terjadi penurunan total hampir 10%, sebab tanpa COVID, diperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 5%.
Dengan PDB Indonesia pada tahun 2019 mencapai, Rp15.800 triliun, itu berarti biaya tidak langsung mencapai Rp 1.600 triliun. Ini hanya untuk tahun 2020.* Sementara, biaya penanganan COVID dan pemulihan ekonomi diperkirakan mencapai Rp 1,000 triliun. Jadi secara ekonomi, total biaya langsung dan tidak langsung COVID pada tahun 2020 bisa mencapai Rp 2,600 triliun.
Per 20 Juli, jumlah kematian terkait COVID (disebabkan atau dengan COVID) tercatat 4.143. Dari Mei-Juni, angka kematian meningkat hampir dua kali lipat (1,94), lalu menurun 1,74 kali lipat dari Juni ke Juli. Dengan asumsi angka kematian melambat dari bulan ke bulan berikutnya, pada akhir Desember saya perkirakan angka kematian mencapai kisaran 11.700 jiwa.
Biaya Korban COVID per Jiwa
Dengan biaya ekonomi sekitar Rp 2,600 triliun dan dengan estimasi angka kematian sampai pada akhir Desember sekitar 11,700 jiwa, biaya ekonomi per satu korban jiwa COVID mencapai hampir Rp 222 miliar.**
Angka ini hampir 14 kali lipat nilai kehidupan statistik yang besarnya sekitar Rp 16 miliar. Artinya, secara ekonomi, beban biaya (langsung dan tidak langsung) per jiwa kematian terkait COVID yang kita tanggung amat sangat besar. Termasuk di banding AS yang jumlah kasus dan kematian jauh lebih besar dibanding Indonesia.
CATATAN:
* Efek ekonomi COVID akan spill over sampai periode berikutnya, mungkin sampai satu dekade berikutnya. Sebagai perbandingan, efek krisis ekonomi moneter tahun 1997/98 hampir satu dekade, sebab angka pengangguran meningkat dari tahun 4,69% pada tahun 1997, menjadi 11,24% pada tahun 2005 dan 9,11% pada tahun 2007. Untuk memudahkan perhitungan, saya fokus hanya untuk tahun 2020.
** Biaya perkiraan ini termasuk biaya penanganan tidak hanya terkait kematian. Jadi, dengan asumsi angka kematian COVID dan pertumbuhan ekonomi tidak jauh dari realitas, angka biaya per korban jiwa terkait COVID adalah ambang atas perkiraan.
Comments